Surabaya, 19 Desember 2023
Sebuah insiden menggelitik terjadi di Kota Surabaya, ketika seorang anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang baru bergabung, atau sering disebut sebagai "newbie," terlibat dalam kejadian yang memicu tawa warga sekitar. Kejadian ini melibatkan seorang Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang mengenakan busana adat Jawa dan berpura-pura menjadi petugas kebersihan.
Kejadian ini berlangsung di salah satu sudut jalan pusat kota Surabaya, di mana sang ODGJ berjalan dengan penuh percaya diri, mengenakan busana adat Jawa lengkap. Newbie Satpol PP yang tengah berpatroli segera mendekati dan bertanya tentang tujuan ODGJ berada di wilayah tersebut.
Dengan lugas, ODGJ tersebut menjelaskan bahwa ia adalah petugas kebersihan yang sedang melakukan patroli rutin. Sang newbie, yang masih asing dengan lingkungan sekitar, mempercayai penjelasan tersebut tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut.
Warga sekitar yang menyaksikan kejadian ini mulai tertawa melihat kelucuan yang terjadi. Mereka menyadari bahwa newbie Satpol PP telah tertipu oleh ODGJ yang mengenakan busana adat Jawa, menciptakan situasi yang menggelitik.
Seorang warga yang mengetahui bahwa ODGJ tersebut memiliki gangguan jiwa berusaha memberitahu newbie Satpol PP agar tidak terus mempercayai penjelasan ODGJ tersebut. Setelah mendapat penjelasan dari warga tersebut, newbie Satpol PP menyadari bahwa ia telah dibohongi oleh ODGJ yang mengaku sebagai petugas kebersihan.
Meskipun kejadian ini berakhir dengan tawa, Satpol PP Surabaya tetap menanggapi dengan serius. Mereka memberikan pembinaan dan pelatihan tambahan kepada newbie tersebut, menjelaskan pentingnya verifikasi informasi sebelum mengambil tindakan, terutama dalam situasi di lapangan yang dinamis.
Kejadian ini, meskipun ringan, memberikan pengajaran berharga tentang kehati-hatian dan kewaspadaan yang harus dimiliki oleh para petugas di lapangan, terutama ketika berhadapan dengan situasi yang tidak terduga. Semoga insiden ini juga dapat menjadi pengingat untuk semua pihak akan pentingnya pemahaman terhadap gangguan jiwa serta perlunya penanganan yang lebih empatik dan bijak terhadap individu yang mengalaminya.