Mojokerto, 8 Juli 2024 – Malam 1 Suro, yang menandai Tahun Baru Jawa, dirayakan dengan penuh khidmat oleh masyarakat Mojokerto. Berbagai tradisi dan ritual dilaksanakan untuk menyambut tahun baru ini, mulai dari doa bersama hingga mandi kembang setaman. Tradisi ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur, tetapi juga sebagai momen untuk refleksi dan pembersihan diri.
Doa Bersama di Punden Desa
Acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh desa di punden atau tempat keramat yang dipercaya sebagai lokasi suci leluhur. Ratusan warga berkumpul dengan khidmat, mengenakan pakaian adat Jawa. Doa bersama ini dimaksudkan untuk memohon keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan bagi seluruh warga desa selama setahun ke depan.
Sesepuh desa, Ki Surono, menyampaikan bahwa doa bersama pada malam 1 Suro adalah tradisi turun-temurun yang harus dijaga. “Doa bersama ini adalah bentuk rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kita selalu dilindungi dan diberkahi dalam menjalani kehidupan,” ujarnya.
Mandi Kembang Setaman
Setelah doa bersama, acara dilanjutkan dengan ritual mandi kembang setaman. Mandi kembang ini dilakukan di sungai atau pemandian yang telah disiapkan khusus untuk acara tersebut. Warga menggunakan air yang telah dicampur dengan berbagai jenis bunga, seperti melati, mawar, kenanga, dan kantil. Mandi kembang setaman dipercaya dapat membersihkan diri dari segala keburukan dan energi negatif, serta membawa kesegaran jiwa dan raga.
Salah seorang warga, Siti Aminah, mengungkapkan bahwa mandi kembang setaman merupakan ritual yang sangat dinantikannya setiap tahun. “Rasanya segar dan tenang setelah mandi kembang. Seperti mendapatkan energi baru untuk menjalani tahun yang baru,” katanya.
Kirab Pusaka
Tradisi malam 1 Suro di Mojokerto juga dimeriahkan dengan kirab pusaka. Pusaka-pusaka yang dimiliki oleh desa, seperti keris, tombak, dan benda-benda keramat lainnya, diarak mengelilingi desa. Kirab ini diiringi oleh alunan gamelan dan diikuti oleh warga yang membawa obor sebagai simbol penerangan dan harapan baru. Pusaka tersebut kemudian disucikan dengan air kembang sebelum disimpan kembali.
Penutup
Malam 1 Suro di Mojokerto diakhiri dengan pembagian makanan tradisional seperti jenang, tumpeng, dan berbagai jajanan pasar kepada warga yang hadir. Suasana kebersamaan dan kekeluargaan sangat terasa dalam perayaan ini. Tradisi ngesti malam 1 Suro ini bukan hanya sebagai bentuk pelestarian budaya, tetapi juga sebagai momen untuk introspeksi diri dan mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Acara tersebut menjadi bukti bahwa di tengah modernisasi, masyarakat Mojokerto tetap menjaga nilai-nilai tradisi dan budaya leluhur yang sarat makna. Malam 1 Suro pun menjadi malam yang penuh harapan dan doa untuk masa depan yang lebih baik.