Surabaya, 10 Juli 2024 - Polemik seputar penolakan terhadap dokter asing di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) berujung pada pemecatan dekan fakultas, yang kemudian memicu protes besar-besaran hingga akhirnya diangkat kembali. Kejadian ini menyoroti isu sensitif mengenai penerimaan tenaga medis asing di Indonesia serta peran akademisi dalam menjaga standar pendidikan kedokteran.
Awal mula polemik ini terjadi ketika Prof. Dr. Bambang Setiawan, dekan FK Unair, secara tegas menolak rencana pemerintah untuk mendatangkan dokter asing guna mengatasi kekurangan tenaga medis di beberapa daerah. Dalam pernyataannya, Prof. Bambang mengungkapkan kekhawatiran bahwa kehadiran dokter asing bisa mengancam posisi dan perkembangan dokter-dokter muda Indonesia.
"Kami menghargai niat baik pemerintah, namun mendatangkan dokter asing bukan solusi yang tepat. Kita harus fokus pada peningkatan kualitas dan distribusi dokter lokal agar lebih merata," ujar Prof. Bambang dalam sebuah konferensi pers.
Penolakan ini mendapat tanggapan keras dari beberapa pihak, termasuk kementerian terkait, yang kemudian memutuskan untuk memberhentikan Prof. Bambang dari jabatannya. Keputusan ini memicu gelombang protes dari mahasiswa, dosen, dan alumni FK Unair yang merasa tindakan tersebut tidak adil dan mengancam kemandirian akademik.
Protes yang berlangsung selama beberapa hari ini tidak hanya dilakukan di dalam kampus, tetapi juga meluas ke media sosial. Tagar #SaveDekanFKUnair menjadi trending topic di Twitter, dengan ribuan cuitan mendukung Prof. Bambang dan menuntut transparansi dalam pengambilan keputusan oleh pemerintah.
"Kami mendukung penuh Pak Bambang. Beliau adalah sosok yang berdedikasi tinggi terhadap pendidikan kedokteran di Indonesia. Pemecatan ini adalah bentuk penghinaan terhadap perjuangan beliau selama ini," kata seorang mahasiswa FK Unair yang turut serta dalam aksi protes.
Melihat besarnya dukungan dan tekanan dari berbagai pihak, pihak universitas akhirnya memutuskan untuk mengangkat kembali Prof. Bambang sebagai dekan FK Unair. Dalam pernyataan resminya, rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Nasir Abduh, mengungkapkan bahwa keputusan ini diambil demi menjaga stabilitas dan keharmonisan di lingkungan akademik.
"Kami mendengar aspirasi dari seluruh civitas akademika dan masyarakat. Kami berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih menghargai pendapat dan kontribusi setiap individu dalam memajukan pendidikan di Indonesia," ujar Prof. Nasir.
Kembalinya Prof. Bambang disambut dengan sukacita oleh para pendukungnya. Meski demikian, polemik ini meninggalkan pertanyaan besar tentang bagaimana Indonesia harus menyikapi isu tenaga medis asing ke depannya.
Dalam wawancara terbarunya, Prof. Bambang menyatakan komitmennya untuk terus memperjuangkan kualitas pendidikan kedokteran di Indonesia dan mengajak seluruh pihak untuk bekerja sama dalam mencari solusi terbaik bagi permasalahan kesehatan di negeri ini.
"Kita harus maju bersama, dengan menghargai kemampuan dan potensi anak bangsa. Mari kita perkuat sistem pendidikan kita agar mampu mencetak dokter-dokter berkualitas yang siap melayani masyarakat di seluruh pelosok Indonesia," pungkas Prof. Bambang.
Peristiwa ini menjadi refleksi penting bagi pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk lebih memperhatikan kebijakan yang berkaitan dengan tenaga medis dan pendidikan, serta pentingnya dialog terbuka dalam mengatasi perbedaan pandangan demi kemajuan bersama.